-

People

Sekilas Biografi Muhammad thaha al junayd

Aside Posted on Updated on

Sekilas Biografi Muhammad thaha al junayd

 

Gambar         Gambar

 

Siapa yang tak kenal qari kecil ini ? Suara merdunya ketika membacakan Al-Quran membuat hati para pendengar menjadi sejuk dan tentram. Audio murottal beliau sering diputar di mesjid-mesjid dan di tempat-tempat pengajian, dulu beliau sering disebut sebagai qori cilik terbaik. Beliau Terkenal dengan gelaran Beautiful Voice From Heaven oleh orang Arab, namun sekarang dengan bertambahnya usia beliau telah menjadi sesosok qori remaja dan juga sering menjadi imam di mesjid. (oh saya lupa beliau juga telah menjadi imam sejak kecil)

berikut adalah profil muhaammad thaha al junayd

Nama Lengkap : Muhammad salih ibrahim thaha al junayd ( terkenal dengan julukan muhammad thaha al junayd)

Tahun lahir : 1994

Tempat lahir : Manama, Bahrain (Teluk Persia)

Saat ini beliau masih seorang pelajar dan pengajar membaca Al-Quran di Kingdom University Bahrain. Turut diupah oleh Pusat upah Abdul Rahman-Bandar Hamad. Untuk hafalannya Muhammad Thaha Al-Junayd belajar menghafal Al-Qur’an di Pusat Studi Al-Qur’an Abdurrahman Ajur di Kota Hamad, Bahrain. Beliau berkewarganegaraan Bahrain. Suaranya yang merdu ketika melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran membuat Beliau terkenal dipenjuru dunia termasuk di negara Indonesia kita tercinta yang mayoritas beragama Islam.

Bagi anda yang ingin mendownload audio murottal Qori Muhammad Thaha Al-Junayd silakan kunjungi link di bawah ini:

Versi Remaja/Dewasa

Versi Cilik

 

 

Posted by in Islam

Read the rest of this entry »

Haul ke-10 Guru Sekumpul Martapura: 26 April 2015

Posted on Updated on

Haul ke-10 Guru Sekumpul Martapura: 26 April 2015

KH M Zaini Abdul Ghani.

      Guru Zaini Abdul Ghani atau yang akrab disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul telah meninggal dan menjelang haul ke-10 pada Ahad, 26 April 2015. Di mata orang Kalimantan, Guru Ijai adalah guru dan abah urang Banjar masa kini.

Beberapa hari sebelum haul ke-10 Almaghfurlah KHM Zaini Abdul Ghani atau yang dikenal dengan panggilan akrab Guru Ijai atau Guru Sekumpul diperingati, sudah puluhan sapi dan kambing disetor oleh kaum Muslimin di Komplek Ar-Raudhah Desa Sekumpul Martapura, Kalimantan Selatan. Sementara koran serta berbagai majelis pengajian mengumumkan akan diselenggarakan haul ke Guru Ijai pada hari Ahad, 26 April 2015.  Read the rest of this entry »

Muhammad Zaini Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul atau Tuan Guru Ijai)

Posted on Updated on

Kyai Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang bergelar Al Alimul Allamah Al Arif Billaah Albahrul Ulum Al Waliy Qutb As Syeekh Al Mukarram Maulana (biasa dipanggil Abah Guru Sekumpul atau Tuan Guru Ijai)

(lahir di Tunggul Irang, Martapura, 11 Februari 1942 – meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada umur 63 tahun) adalah Ulama Banjar yang sangat kharismatik dan populer di Kalimantan.

Ia dilahirkan pada malam Rabu 27 Muharram 1361 Hijriyah atau bertepatan pada tanggal 11 Februari 1942 di desa Dalam Pagar(sekarang masuk ke dalam kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar) dari pasangan suami-istri Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf bin Muhammad Seman dengan Hj. Masliah binti H. Mulya bin Muhyiddin. Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama Hj. Rahmah. Ketika masih kanak-kanak, ia dipanggil Qusyairi. Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.

Read the rest of this entry »

Riwayat Allahyarham Tuan Guru Haji Anang Djazouly Seman

Posted on Updated on

Riwayat Allahyarham Tuan Guru Haji Anang Djazouly Seman

scan0002.jpg

KH. A. Djazouly Seman yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Anang, adalah merupakan ulama kharismatik di Kalimantan Selatan dan menjadi panutan para Tuan Guru di daerahnya.

Ulama yang lahir di Martapura pada tanggal 8 Desember 1936 lalu ini merupakan putera Tuan Guru KH. Seman Kadir dan cucu keturunan ke 5 ulama besar Kalimantan KH. Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari, pengarang kitab Sabillal Muhtadin.

Ada yang menarik pada diri Abah Anang, tanda tanda kemampuan beliau dibidang agama, telah ditunjukannya sejak usia sangat dini. Ketika beliau sedang dalam pangkuan ibunda tercintanya yang sedang menyusui beliau, ketika itu baru berusia 2 tahunan, dimana disampingnya terdapat kakak beliau sedang mengaji. Tiba tiba beliau berucap membenarkan bacaan Alqur’an yang sedang dibaca oleh kakandanya.

Dalam berguru Agama Abah Anang tidak saja sekolah ulama di Batavia, tetapi juga banyak belajar dari para Habaib yang ada di Indonesia, diantaranya H. Abdul Kadir, H. Ismail Khatib termasuk Habib. Muhammad Bin Ali Al habsyi yang juga merupakan orang tua dan sahabat karib beliau, yaitu Habib Abdul Rahman Al Habsyi. Saat ini beliau juga turut membina sebagai ketua dewan ulama di Pondok Pesantren Modern Al- Istiqlal, disamping itu juga terdapat ulama kota Banjarmasin yang sangat dikenal yaitu KH. Husin Nafarin,MA, Lc, yang juga sebagai Imam Besar Mesjid Jami Banjarmasin.

Hari Jum’at tanggal 14 Oktober 2011 sekitar pukul 10.00 pagi KH.Anang Jazuli Seman yang kerap dipanggil Abah Anang dipanggil kehadirat Allah SWT. Ulama kharismatik ini tutup usia setelah beberapa waktu sering mengalami sakit mendadak dan sering dilarikan ke RS baik RSUD Ratu Zaleha maupun RSUD Ulin Banjarmasin.

 sumber : Diposting oleh Azmirza ElBanjary pada 13:31, 08-Jun-12 di : ULAMA KALIMANTAN

 

Read the rest of this entry »

Muhammad Arsyad al-Banjari

Posted on Updated on

Muhammad Arsyad al-Banjari

Berkas:Muhammad Arsyad Albanjari Museum Lambung Mangkurat.JPG

Informasi pribadi
Lahir 4 Mei 1710
Kesultanan Banjar, Kalimantan
Meninggal 13 Oktober 1812
Kesultanan Banjar, Kalimantan
Kebangsaan Banjar
Suami/istri 1. Ratu Aminah
2. Bidur, 3. Bajut, 4. Lipur, 5. Dayi, 6. Liyyuhi, 7. Markidah, 8. Darmanik,  9. Palung, 10. Turiyah, 11. Go Hwat Nio (Guwat)

Agama Islam
Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari (atau lebih dikenal dengan nama Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (lahir di Lok Gabang, 17 Maret 1710 – meninggal di Dalam Pagar, 3 Oktober 1812 pada umur 102 tahun atau 15 Shofar 1122 – 6 Syawwal 1227 H)[3] adalah ulama fiqih mazhab Syafi’i yang berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan. Beliau hidup pada masa tahun 1122-1227 hijriyah. Beliau mendapat julukan anumerta Datu Kelampaian.

Beberapa penulis biografi Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, antara lain Mufti Kerajaan Indragiri Abdurrahman Siddiq,[5] berpendapat bahwa ia adalah keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao.[6]

Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Tuan Penghulu Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja’far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.

Riwayat
Masa kecil
Sejak dilahirkan, Muhammad Arsyad melewatkan masa kecil di desa kelahirannya Lok Gabang, Martapura. Sebagaimana anak-anak pada umumnya, Muhammad Arsyad bergaul dan bermain dengan teman-temannya. Namun pada diri Muhammad Arsyad sudah terlihat kecerdasannya melebihi dari teman-temannya. Begitu pula akhlak budi pekertinya yang halus dan sangat menyukai keindahan. Diantara kepandaiannya adalah seni melukis dan seni tulis. Sehingga siapa saja yang melihat hasil lukisannya akan kagum dan terpukau. Pada saat Sultan Tahlilullah sedang bekunjung ke kampung Lok Gabang, sultan melihat hasil lukisan Muhammad Arsyad yang masih berumur 7 tahun. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya tinggal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan. Di istana, Muhammad Arsyad tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia, ramah, penurut, dan hormat kepada yang lebih tua. Seluruh penghuni istana menyayanginya dengan kasih sayang. Sultan sangat memperhatikan pendidikan Muhammad Arsyad, karena sultan mengharapkan Muhammad Arsyad kelak menjadi pemimpin yang alim.

Menikah dan menuntut ilmu di Mekkah
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat pendidikan penuh di Istana sehingga usia mencapai 30 tahun. Kemudian ia dikawinkan dengan seorang perempuan bernama Tuan Bajut.

Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muhammad Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.

Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang masih muda, akhirnya isterinya mengamini niat suci sang suami dan mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya. Deraian air mata dan untaian doa mengiringi kepergiannya.

Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad mengaji kepada masyaikh terkemuka pada masa itu. Di antara guru beliau adalah Syekh ‘Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.

Syekh yang disebutkan terakhir adalah guru Muhammad Arsyad di bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muhammad Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan kedudukan sebagai khalifah.

Selain itu guru-guru Muhammad Arsyad yang lain seperti Syekh Ahmad bin Abdul Mun’im ad Damanhuri, Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az Zabidi, Syekh Hasan bin Ahmad al Yamani, Syekh Salm bin Abdullah al Basri, Syekh Shiddiq bin Umar Khan, Syekh Abdullah bin Hijazi asy Syarqawy, Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz al Maghrabi, Syekh Abdurrahamn bin Sulaiman al Ahdal, Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin al Fathani, Syekh Abdul Gani bin Muhammad Hilal, Syekh Abis as Sandi, Syekh Abdul Wahab at Thantawy, Syekh Abdullah Mirghani, Syekh Muhammad bin Ahmad al Jauhari, dan Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaludin Aceh.

Selama menuntut ilmu di sana, Syekh Muhammad Arsyad menjalin persahabatan dengan sesama penuntut ilmu seperti Syekh Abdussamad Falimbani, Syekh Abdurrahman Misri, dan Syekh Abdul Wahab Bugis.

Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu di Maekkah dan Madinah, timbulah niat untuk menuntut ilmu ke Mesir. Ketika niat ini disampaikan dengan guru mereka, Syekh menyarankan agar keempat muridnya ini untuk pulang ke Jawi (Indonesia) untuk berdakwah di negerinya masing-masing.

Menikahkan anak
Sebelum pulang, keempat sahabat sepakat untuk berhaji kembali di Tanah Suci Mekkah. Pada saat itu tanpa disangka-sangka Syekh Muhammad Arsyad bertemu dengan adik kandung beliau yaitu Zainal Abidin yang sedang menunaikan ibadah haji. Sang adik membawa kabar berita bahwa anak beliau yaitu Fatimah sudah beranjak dewasa dan sang anak menitipkan cincin kepada beliau. Melihat hal demikian, tiga sahabat Syekh Muhammad Arsyad masing-masing mengajukan lamaran untuk memperisteri anak beliau. Setelah berpikir lama, Syekh Muhammad Arsyad memeutuskan untuk mengundi, lamaran yang akan diterima. Hasil pengundian ternyata lamaran Syekh Abdul Wahab Bugis yang diterima.

Untuk itu diadakahnlah ijab kabul pernikahan antara Syekh Abdul Wahab Bugis dengan Fatimah binti Syekh Muhammad Arsyad, yang dinikahkan langsung oleh Syekh Muhammad Arsyad sambil disaksikan dua sahabat lainnya.

Membetulkan arah kiblat masjid
Maka bertolaklah keempat putra Nusantara ini menuju kampung halaman. Memasuki wilayah Nusantara, mula-mula mereka singgah di Sumatera yaitu di Palembang, kampung halaman Syekh Abdussamad Al Falimbani. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Betawi, yaitu kampung halaman Syekh Abdurrahman Misri. Selama di Betawi, Syekh Muhammad Arsyad diminta menetap sebentar untuk mengajarkan ilmu agama dengan masyarakat Betawi. Salah satu peristiwa penting selama di Betawi adalah ketika Syekh Muhammad Arsyad membetulkan arah kiblat Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan. Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Masjid Jembatan Lima menuliskan di atas batu dalam aksara arab melayu (tulisan jawi) yang bertuliskan bahwa kiblat masjid ini telah diputar ke kanan sekitar 25 derajat oleh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada tanggal 4 Safar 1186 H.

Seelah dirasa cukup, maka Syekh Muhammad Arsyad dan Syekh Abdul Wahab Bugis berlayar menuju kampung halaman ke Martapura, Banjar.

Tiba di kampung halaman
Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muhammad Arsyad di kampung halamannya, Martapura, pusat Kesultanan Banjar pada masa itu.

Akan tetapi, Sultan Tahlilullah, seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya.

Sultan Tahmidullah II menyambut kedatangan beliau dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama “Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kesultanan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultan pun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia raja yang ‘alim lagi wara’[11]. Selama hidupnya ia memiliki 29 anak dari tujuh isterinya. [12]

Hubungan dengan Kesultanan Banjar
Pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun, Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala perbelanjaanya ditanggung oleh Sultan. Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah.

Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh), yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.

Pengajaran dan bermasyarakat

Makam Datu Kalampayan yang sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum Islam di Kalimantan Selatan. Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. Ulama-ulama yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam Pagar.

Di samping mendidik, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di luar Nusantara Dan juga dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.

Karya-karyanya
Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah “Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama”. Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, di antaranya ialah:

Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,
Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat,
Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,
Kitabul Fara-idl, hukum pembagian warisan.
Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

Datuk Kalampayan

Posted on Updated on

Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari

image

Beberapa penulis biografi Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, antara lain Mufti Kerajaan Indragiri Abdurrahman Siddiq, berpendapat bahwa ia adalah keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao.

Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja’far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.

Riwayat masa kecil

Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700 – 1734 M) memerintah Kesultanan Banjar, suatu hari ketika berkunjung ke kampung Lok Gabang. Sultan melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan menggambar, dan tampaknya cerdas dan berbakat, dicerita-kan pula bahwa ia telah fasih membaca Al-Quran
dengan indahnya. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya tinggal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak
dan cucu Sultan.

Menikah dan menuntut ilmu di Mekkah.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat pendidikan penuh di Istana sehingga usia mencapai 30 tahun.
Kemudian ia dikawinkan dengan seorang perempuan bernama Tuan Bajut. Hasil perkawinan tersebut ialah seorang putri yang diberi nama Syarifah. Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muhammad Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.
Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang masih muda, akhirnya isterinya mengamini niat suci sang suami dan mendukungnya dalam meraih
cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya. Deraian air mata dan untaian doa mengiringi kepergiannya.
Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad mengaji kepada syeikh terkemuka pada masa itu. Di antara guru beliau adalah Syeikh ‘Athoillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syeikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan al-‘Arif Billah Syeikh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani. Syeikh yang disebutkan terakhir adalah guru Muhammad Arsyad di bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muhammad Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan
kedudukan sebagai khalifah.
Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu, timbullah kerinduan akan kampung halaman. Terbayang di pelupuk mata indahnya tepian mandi yang di arak barisan pepohonan aren yang menjulang. Terngiang kicauan burung pipit di pematang dan desiran angin membelai hijaunya rumput. Terkenang akan kesabaran dan ketegaran sang istri yang setia menanti tanpa tahu sampai kapan penentiannya akan berakhir. Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muhammad Arsyad di kampung halamannya, Martapura, pusat Kesultanan Banjar pada masa itu.
Akan tetapi, Sultan Tahlilullah, seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu
Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan Tahmidullah II menyambut kedatangan beliau
dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama “Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kesultanan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya.

http://www.sufinews.com/index.php/Tokoh-Sufi/datuk-kalampayan.sufi

Ikhlas membuat rizki berlipat

Posted on Updated on

MAAF MAS, SAYA TIDAK PUNYA UANG KEMBALIAN…..

Pak%2BSarno%2BTukang%2BSol%2BSepatu[1]Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. Mbah sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, mbah sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?” Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi mbah sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain. Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru. Ketika mbah sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya. “wah cepat sekali. Berapa pak?” “5000 rupiah mas” sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini. “wah mas gak ada uang pas ya?” “nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak” “maaf mas, saya nggak punya uang kembalian” “waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan” “udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.” “oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.” ============================================================= jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi mbah sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas. Insya allah akan dapat gantinya.” ketika waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa. “ya allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakmu.” selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya. Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya. “wah kebetulan kita ketemu disini, pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.” kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar. “loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?” “sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya allah minggu depan saya berangkat ke prancis pak. Saya mohon doanya pak” “tapi ini terlalu banyak mas” “saya bayar sol sepatu cuma rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.” ============================================================= Quote: tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambanya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba. Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan.   ref : fb note

Inspirasi

Posted on Updated on

MAAF MAS, SAYA TIDAK PUNYA UANG KEMBALIAN…..

Pak%2BSarno%2BTukang%2BSol%2BSepatu[1]Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. Mbah sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, mbah sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi mbah sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.

Ketika mbah sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“wah mas gak ada uang pas ya?”

“nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“maaf mas, saya nggak punya uang kembalian”

“waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”

=============================================================

jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi mbah sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas. Insya allah akan dapat gantinya.”

ketika waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“ya allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakmu.”

selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“wah kebetulan kita ketemu disini, pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya allah minggu depan saya berangkat ke prancis pak. Saya mohon doanya pak”

“tapi ini terlalu banyak mas”

“saya bayar sol sepatu cuma rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

=============================================================

Quote:

tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambanya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.

Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan.

 

ref : fb note

ALASAN KENAPA ANAK “NAKAL” BISA LEBIH SUKSES DARIPADA ANAK KUTU BUKU

Posted on Updated on

ALASAN KENAPA ANAK “NAKAL” BISA LEBIH SUKSES DARIPADA ANAK KUTU BUKU

siluet-aktivis-dakwah[1]Iseng2 lagi berpikir kalo ternyata anak2 nakal yang dulunya ada di sekolah waktu SMP atau SMA, mereka itu saat dewasanya mempunyai kemungkinan sukses lebih besar dari mereka yang kutu buku.. hmmm….. tanya kenapa???

BEGINI ___________analyzing mode>>………….

kalo menurut analisis ane.. jadi ada beberapa alasan yang membuat si anak nakal bisa lebih sukses ( kita ambil sisi positifnya yuk gan! )

1. koneksi, jaringan pertemanan

Anak nakal :: biasanya banyak temennya, kelompok tukang maen ngalor ngidul, geng2 club2 motor mobil dsb.. dan memang.. sampai kita dewasa yang kita butuhin itu koneksi buat berbisnis. dan koneksi itu datangnya dari teman2 kita.. dari sisi pengetahuan kemungkinan mereka si anak nakal lebih tau tentang ilmu umum dan cara-cara bergaul dan menghadapi orang lain….

kutu buku :: coba bayangin si kutu buku, mereka tiap hari belajar, jarang bergaul, bergaul cuma sama kertas ulangan buku pena dan pensil.. saat mereka lulus sekolah dan sukses. lah mao cari bisnis kesiapa, siapa yang mao ngajak bisnis bareng…(mereka biasanya kurang dalam bergaul)

Kesimpulan :: banyak2 pergaulan rajin2 belajar, ambil keduanya dari si nakal dan si rajin

2. Mental baja, berani

Anak nakal :: cenderung berani, mereka tidak takut dihukum guru, berdiri di depan kelas dihukum senyam senyum, nilai jelek ga dimasukkan ke hati (mental baja)

Kutu Buku :: Terus belajar karena takut nilai jelek, kalau ulangan dapet jelek langsung keringet dingin pusing kepala, bleeggg!! pingsan :P

Kesimpulan :: Dalam berbisnis itu selalu ada menang dan kalah, dan kalu kita liat si nakal, mereka itu lebih berani mencoba tanpa takut, dan kalau kalah atau salah ya sudah kita coba lagi… kalo si anak kutu buku, kita ambil sisi persiapannya, mereka selalu menyiapkan diri sebelum melakukan sesuatu…

3. Kreatif, Out of Line, tidak manut2 saja/mencoba yg menurut diri mereka baik..

Anak nakal :: lebih banyak akal buat bertahan hidup, misalnya dalam ulangan dia ga mengerti harus buat apa biar lulus, nah otak mereka dipakai buat mencari 1000 cara mencontek, dan tahu sendiri hasil dari itu semua? Mereka jadi pribadi yang kreatif dan bermental kuat ( karena mencontek itu deg2an, butuh mental superkuat, kadang2 butuh berfikir lebih keras daripada mengerjakan soalnya )

Kutu Buku :: Satu-satunya jalan ya belajar biar bisa nilai bagus, dan cara yang mereka pilih ya belajar, cuma 1 cara…

Kesimpulan :: Banyak2 lah mencari akal dan jadilah orang yang kreatif dalam berbisnis biar kita bisa sukses!

 

kesimpulan akhir :: dari hasil analisa diatas, anak nakal bin suka bikin ulah memiliki kemungkin sukses yang lebih besar daripada anak kutubuku.. tapi alangkah baiknya jika kita mampu mengambil sisi positif dari analisa diatas.. :-D

 

sumber : http://agussas.wordpress.com/2014/02/03/alasan-kenapa-anak-nakal-bisa-lebih-sukses-daripada-anak-kutu-buku/

 

7 Cara Bersyukur atas Nikmat Yang Diterima

Posted on Updated on

Bersyukur punya dampak besar bagi kehidupan manusia. Hal ini sering diajarkan oleh banyak orang, namun mungkin banyak juga yang melupakannya. Terlebih ketika didera oleh beratnya tekanan dalam hidup, mengucap syukur sering lalai dilakukan.

Sekalipun untuk hal-hal kecil, yang mungkin dianggap remeh atau sudah biasa dinikmati, bersyukurlah. Sebab itu akan berpengaruh besar dalam kehidupan anda.

Lalu bagaimana sebaiknya cara bersyukur dilakukan?

Bagi muslim, mengucap alhamdulillah adalah hal yang biasa dilakukan. Namunucapan syukur tersebut akan kehilangan maknanya jika tak anda resapi. Lakukanlah dengan penuh ketulusan.

Berikut ini beberapa cara untuk bersyukur kepada Tuhan.

  1. Saat beribadah. Bagi yang beragama Islam, resapi bacaan alhamdulillahirobbil ‘alamin yang selalu dibaca setiap ketika sholat. Begitupun seusai sholat, dalam doa ucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah dilimpahkannya. Atau juga dengan melakukan sujud syukur. Begitu juga untuk yang beragama lainnya, bisa melakukan peribadatan sesuai cara yang diajarkan.
    Intinya, biasakan untuk bersyukur tiap kita beribadah, dan resapi saat kita melakukannya.
  2. Ketika bangun di pagi hari. Saat anda bangun tidur, ucapkan syukur karena anda diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup di hari ini dengan mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat. Anda diberi energi untukACTION dan berupaya mencapai yang anda cita-citakan.
  3. Berikan senyuman. Senyum merupakan sebuah bentuk ungkapan syukur atas segala nikmat yang telah diterima. Dan kita ikut menyebarkan energi positif ini pada orang lain agar bisa ikut merasakannya.
  4. Ucapan terimakasih. Mengucapkan terimakasih kepada orang lain juga cara simpel untuk mewujudkan rasa syukur kita. Berkat kehendak Tuhan yang dilakukan melalui orang tersebut, apa yang kita inginkan jadi terlaksana.
  5. Acara syukuran. Mengadakan acara syukuran merupakan bentuk perwujudan syukur ketika hajat yang diinginkan tercapai. Acara ini positif karena juga bisa menambah erat hubungan dengan sesama.
  6. Memberi hadiah. Memberikan hadiah pada seseorang juga bisa menjadi suatu ungkapan syukur kepada Tuhan.
  7. Lakukan kegiatan sosial. Mengadakan kegiatan sosial atau hal-hal yang kelihatannya sepele seperti membersihkan lingkungan, juga merupakan wujud syukur kita kepada Tuhan.

Bersyukurlah dalam setiap kesempatan, dalam situasi yang sulit sekalipun; niscaya anda akan dilimpahi keberkahan dan kebahagiaan.

Jadi… sudahkah kita bersyukur hari ini?

sumber : http://www.jokosusilo.com/2013/09/30/7-cara-bersyukur-atas-nikmat-yang-diterima/

Gudang Buku Karunia

085100994195 - Grosir Buku Tematik, Buku Perpustakaan,

ikapi jatim

Ikatan Penerbit Indonesia Daerah Jawa Timur