-

Ukuran Foto 4R, 3R, 2R, 10R dalam cm, inchi, pixel

Aside Posted on Updated on

Ukuran Foto 4R, 3R, 2R, 10R dalam cm, inchi, pixel

Ukuran Foto dalam cm – Bagi anda yang sering mencetak foto tentu anda sudah sangat familier dengan menyebutkan ukuran R untuk melakukan pencetakan foto. Untuks sekedar diketahui bahwa seri R tersebut adalah seri yang telah ditetapkan oleh standar internasional ISO untuk melambangkan ukuran foto atau ukuran yang berhubungan dengan cetak foto. Namun banyak sekali orang yang belum mengetahui ukuran tepatnya untuk jenis ukuran R ini, karena memang jarang sekali digunakan kecuali hanya untuk ukuran kertas foto.
Ukuran Foto 4R, 3R, 10R dalam CM

Read the rest of this entry »

Sekilas Biografi Muhammad thaha al junayd

Aside Posted on Updated on

Sekilas Biografi Muhammad thaha al junayd

 

Gambar         Gambar

 

Siapa yang tak kenal qari kecil ini ? Suara merdunya ketika membacakan Al-Quran membuat hati para pendengar menjadi sejuk dan tentram. Audio murottal beliau sering diputar di mesjid-mesjid dan di tempat-tempat pengajian, dulu beliau sering disebut sebagai qori cilik terbaik. Beliau Terkenal dengan gelaran Beautiful Voice From Heaven oleh orang Arab, namun sekarang dengan bertambahnya usia beliau telah menjadi sesosok qori remaja dan juga sering menjadi imam di mesjid. (oh saya lupa beliau juga telah menjadi imam sejak kecil)

berikut adalah profil muhaammad thaha al junayd

Nama Lengkap : Muhammad salih ibrahim thaha al junayd ( terkenal dengan julukan muhammad thaha al junayd)

Tahun lahir : 1994

Tempat lahir : Manama, Bahrain (Teluk Persia)

Saat ini beliau masih seorang pelajar dan pengajar membaca Al-Quran di Kingdom University Bahrain. Turut diupah oleh Pusat upah Abdul Rahman-Bandar Hamad. Untuk hafalannya Muhammad Thaha Al-Junayd belajar menghafal Al-Qur’an di Pusat Studi Al-Qur’an Abdurrahman Ajur di Kota Hamad, Bahrain. Beliau berkewarganegaraan Bahrain. Suaranya yang merdu ketika melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran membuat Beliau terkenal dipenjuru dunia termasuk di negara Indonesia kita tercinta yang mayoritas beragama Islam.

Bagi anda yang ingin mendownload audio murottal Qori Muhammad Thaha Al-Junayd silakan kunjungi link di bawah ini:

Versi Remaja/Dewasa

Versi Cilik

 

 

Posted by in Islam

Read the rest of this entry »

Haul ke-10 Guru Sekumpul Martapura: 26 April 2015

Posted on Updated on

Haul ke-10 Guru Sekumpul Martapura: 26 April 2015

KH M Zaini Abdul Ghani.

      Guru Zaini Abdul Ghani atau yang akrab disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul telah meninggal dan menjelang haul ke-10 pada Ahad, 26 April 2015. Di mata orang Kalimantan, Guru Ijai adalah guru dan abah urang Banjar masa kini.

Beberapa hari sebelum haul ke-10 Almaghfurlah KHM Zaini Abdul Ghani atau yang dikenal dengan panggilan akrab Guru Ijai atau Guru Sekumpul diperingati, sudah puluhan sapi dan kambing disetor oleh kaum Muslimin di Komplek Ar-Raudhah Desa Sekumpul Martapura, Kalimantan Selatan. Sementara koran serta berbagai majelis pengajian mengumumkan akan diselenggarakan haul ke Guru Ijai pada hari Ahad, 26 April 2015.  Read the rest of this entry »

PAMERAN 5TH SURABAYA ISLAMIC BOOK FAIR 2015

Posted on Updated on

brosur pedang nabi 2015

Pameran Buku “5th Surabaya Islamic Book Fair 2015”cover sibf 2015 Tanggal: 1 – 7 Mei 2015 Tempat: Gedung Balai Pemuda Surabaya Harga tiket masuk: GRATIS! Assalamualaikum wrwb. Tiada terasa waktu berjalan hampir satu tahun. Dalam rangka HUT Kota Surabaya yang ke-721, IKAPI JATIM bekerjasama dengan Badan Perpustakaan Kota Surabaya kembali menggelar Pameran Buku Islam terbesar dan terlengkap di Surabaya tahun 2015 yang bertajuk “Pameran 5th Surabaya Islamic Book Fair 2015” Pameran Buku ini banyak diminati oleh banyak penerbit dari luar Surabaya.  Read the rest of this entry »

Loose Leaf

Posted on Updated on

Loose Leaf

LOOSE LEAF
Mungkin beberapa dari Anda sudah tahu tentang istilah Loose Leaf. Loose Leaf atau yang dikenal dengan istilah “Kertas Binder” bagi mahasiswa ini sudah mendunia. Hampir semua negara menggunakannya dikalangan mahasiswa, bahkan siswa SMP atau SMA sudah mulai menggunakan “binder” ini sebagai pengganti buku tulis yang digunakan siswa SMP/SMA jaman sekarang.
SEJARAH LOOSE LEAF
Loose Leaf ini sebenarnya sudah lama ada dalam dunia pendidikan ataupun perpustakaan. Loose leaf dibentuk pertama kali pada tahun 1914 oleh seorang yang sangat berjasa pada bidang perpustakaan buku komputer di dunia , dia adalah Richard Prentice Ettinger. Beliau adalah pendiri Prentice Hall. Pada umur ke-19, dia menerima tugas yang menguntungkan dari Professor ahli perpajakan yang ada di Universitas Princeton. Tugas tersebut berupa menerbitkan buku yang telah ditulis oleh Professor tersebut ke dalam buku dan ditanggung dengan risiko penuh oleh Ettinger. Pada percetakan pertama, Ettinger sangat senang karena buku yang diterbitkannya (melalui penerbit Princeton University) laku keras, dan dia pun meminta kepada tim penerbit untuk mencetak gelombang kedua di penerbit yang berbeda. Pada saat gelombang percetakan kedua dari buku itu telah selesai, Kongres Amerika Serikat memberikan peraturan baru tentang perpajakan dari buku. Kongres tersebut menghasilkan keputusan bahwa buku itu telah ketinggalan jaman. Dengan hukum baru dari Kongres Amerika Serikat tersebut, Ettinger memiliki ide baru tentang memotong pinggiran dari kertas tersebut satu per satu, dan memberikan lubang pada pinggir kiri dari kertas tersebut. Dari potongan kertas satu per satu tersebut, dinamakan lah Loose Leaf. Loose dakan Bahasa Indonesia memiliki arti lepas, sedangkan leaf (daun) itu ditujukan untuk mengganti kata kertas. Sehingga, kalau kita gabungkan akan menjadi Loose Leaf. Setelah buku tersebut dipotong dan diberikan lubang dengan cara dibor, Ettinger menyatukan keseluruhan buku tersebut dengan menggunakan sebuah ring-binder. Walaupun dengan tenaga dan biaya yang mahal, kode perpajakan tersebut akan lebih mudah untuk diperbaiki karena tinggal mengganti selembar dari kumpulan kertas tersebut.
JENIS JENIS LOOSE LEAF
Loose leaf memiliki 2 buah varian, yaitu Wide Ruled dan College Ruled. Perbedaan dari kedua jenis tersebut terletak pada jarak antara baris dengan baris lainnya. Wide Ruled memiliki baris yang lebih lebar daripada College Ruled sehingga dapat menulis artikel menjadi lebih leluasa karena memiliki lebih banyak baris, sedangkan College Ruled digunakan untuk para mahasiswa/siswa dan orang yang memiliki bentuk tulisan yang besar.
Beberapa Loose Leaf memiliki banyak perbedaan dengan lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada bidang ukuran, warna, jumlah baris, dan jumlah lubang. Tidak ada hal-hal khusus yang mengatur tentang loose leaf. Tetapi akan Saya jelaskan beberapa perbedaan tersebut.
Ukuran Loose Leaf
Ukuran Loose Leaf biasanya dapat dibilang sangat beragam, tergantung dari produsen yang menargetkan ukuran dari Loose Leaf tersebut. Biasanya Loose Leaf memiliki ukuran sebesar ukuran B5 (176 × 250 mm) dan A5 (148 × 210 mm).
Jumlah Lubang Loose Leaf
Jumlah lubang pada Loose Leaf tergantung besar kertas Loose Leaf itu sendiri. Secara umum, Loose Leaf itu sendiri. Secara umum, Loose Leaf yang berukuran B5 itu memiliki 26 lubang pada sisi kirinya dengan jumlah lubang lainnya, sedangkan utuk ukuran kertas A5 itu memiliki lubang 20 lubang pada tiap sisi kiri dari Loose Leaf dan memiliki jarak 6 mm antara satu lubang dengan lubang lainnya
Jumlah Baris Loose Leaf
Sama seperti jumlah lubang, jumlah baris pada kertas Loose Leaf juga tergantung besar kertas Loose Leaf itu sendiri. Secara umum, Loose Leaf yang berukuran B5 itu memiliki 36 baris, dan untuk ukuran A5 memiliki 30 baris
Warna Loose Leaf
Warna Loose Leaf tidak dapat ditentukan karena hal ini lebih tergantung ke tingkat kreatifitas sang pembuat Loose Leaf. Pada dasarnya, Loose Leaf merupakan kertas putih polos yang diberikan garis-garis yang memiliki jarak antar baris yang sama sehingga kita dapat menulis diantara garis-garis tersebut
Sumber : Posted by

Read the rest of this entry »

Muhammad Zaini Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul atau Tuan Guru Ijai)

Posted on Updated on

Kyai Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang bergelar Al Alimul Allamah Al Arif Billaah Albahrul Ulum Al Waliy Qutb As Syeekh Al Mukarram Maulana (biasa dipanggil Abah Guru Sekumpul atau Tuan Guru Ijai)

(lahir di Tunggul Irang, Martapura, 11 Februari 1942 – meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada umur 63 tahun) adalah Ulama Banjar yang sangat kharismatik dan populer di Kalimantan.

Ia dilahirkan pada malam Rabu 27 Muharram 1361 Hijriyah atau bertepatan pada tanggal 11 Februari 1942 di desa Dalam Pagar(sekarang masuk ke dalam kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar) dari pasangan suami-istri Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf bin Muhammad Seman dengan Hj. Masliah binti H. Mulya bin Muhyiddin. Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama Hj. Rahmah. Ketika masih kanak-kanak, ia dipanggil Qusyairi. Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.

Read the rest of this entry »

Riwayat Allahyarham Tuan Guru Haji Anang Djazouly Seman

Posted on Updated on

Riwayat Allahyarham Tuan Guru Haji Anang Djazouly Seman

scan0002.jpg

KH. A. Djazouly Seman yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Anang, adalah merupakan ulama kharismatik di Kalimantan Selatan dan menjadi panutan para Tuan Guru di daerahnya.

Ulama yang lahir di Martapura pada tanggal 8 Desember 1936 lalu ini merupakan putera Tuan Guru KH. Seman Kadir dan cucu keturunan ke 5 ulama besar Kalimantan KH. Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari, pengarang kitab Sabillal Muhtadin.

Ada yang menarik pada diri Abah Anang, tanda tanda kemampuan beliau dibidang agama, telah ditunjukannya sejak usia sangat dini. Ketika beliau sedang dalam pangkuan ibunda tercintanya yang sedang menyusui beliau, ketika itu baru berusia 2 tahunan, dimana disampingnya terdapat kakak beliau sedang mengaji. Tiba tiba beliau berucap membenarkan bacaan Alqur’an yang sedang dibaca oleh kakandanya.

Dalam berguru Agama Abah Anang tidak saja sekolah ulama di Batavia, tetapi juga banyak belajar dari para Habaib yang ada di Indonesia, diantaranya H. Abdul Kadir, H. Ismail Khatib termasuk Habib. Muhammad Bin Ali Al habsyi yang juga merupakan orang tua dan sahabat karib beliau, yaitu Habib Abdul Rahman Al Habsyi. Saat ini beliau juga turut membina sebagai ketua dewan ulama di Pondok Pesantren Modern Al- Istiqlal, disamping itu juga terdapat ulama kota Banjarmasin yang sangat dikenal yaitu KH. Husin Nafarin,MA, Lc, yang juga sebagai Imam Besar Mesjid Jami Banjarmasin.

Hari Jum’at tanggal 14 Oktober 2011 sekitar pukul 10.00 pagi KH.Anang Jazuli Seman yang kerap dipanggil Abah Anang dipanggil kehadirat Allah SWT. Ulama kharismatik ini tutup usia setelah beberapa waktu sering mengalami sakit mendadak dan sering dilarikan ke RS baik RSUD Ratu Zaleha maupun RSUD Ulin Banjarmasin.

 sumber : Diposting oleh Azmirza ElBanjary pada 13:31, 08-Jun-12 di : ULAMA KALIMANTAN

 

Read the rest of this entry »

Muhammad Arsyad al-Banjari

Posted on Updated on

Muhammad Arsyad al-Banjari

Berkas:Muhammad Arsyad Albanjari Museum Lambung Mangkurat.JPG

Informasi pribadi
Lahir 4 Mei 1710
Kesultanan Banjar, Kalimantan
Meninggal 13 Oktober 1812
Kesultanan Banjar, Kalimantan
Kebangsaan Banjar
Suami/istri 1. Ratu Aminah
2. Bidur, 3. Bajut, 4. Lipur, 5. Dayi, 6. Liyyuhi, 7. Markidah, 8. Darmanik,  9. Palung, 10. Turiyah, 11. Go Hwat Nio (Guwat)

Agama Islam
Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari (atau lebih dikenal dengan nama Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (lahir di Lok Gabang, 17 Maret 1710 – meninggal di Dalam Pagar, 3 Oktober 1812 pada umur 102 tahun atau 15 Shofar 1122 – 6 Syawwal 1227 H)[3] adalah ulama fiqih mazhab Syafi’i yang berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan. Beliau hidup pada masa tahun 1122-1227 hijriyah. Beliau mendapat julukan anumerta Datu Kelampaian.

Beberapa penulis biografi Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, antara lain Mufti Kerajaan Indragiri Abdurrahman Siddiq,[5] berpendapat bahwa ia adalah keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao.[6]

Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Tuan Penghulu Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja’far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.

Riwayat
Masa kecil
Sejak dilahirkan, Muhammad Arsyad melewatkan masa kecil di desa kelahirannya Lok Gabang, Martapura. Sebagaimana anak-anak pada umumnya, Muhammad Arsyad bergaul dan bermain dengan teman-temannya. Namun pada diri Muhammad Arsyad sudah terlihat kecerdasannya melebihi dari teman-temannya. Begitu pula akhlak budi pekertinya yang halus dan sangat menyukai keindahan. Diantara kepandaiannya adalah seni melukis dan seni tulis. Sehingga siapa saja yang melihat hasil lukisannya akan kagum dan terpukau. Pada saat Sultan Tahlilullah sedang bekunjung ke kampung Lok Gabang, sultan melihat hasil lukisan Muhammad Arsyad yang masih berumur 7 tahun. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya tinggal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan. Di istana, Muhammad Arsyad tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia, ramah, penurut, dan hormat kepada yang lebih tua. Seluruh penghuni istana menyayanginya dengan kasih sayang. Sultan sangat memperhatikan pendidikan Muhammad Arsyad, karena sultan mengharapkan Muhammad Arsyad kelak menjadi pemimpin yang alim.

Menikah dan menuntut ilmu di Mekkah
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat pendidikan penuh di Istana sehingga usia mencapai 30 tahun. Kemudian ia dikawinkan dengan seorang perempuan bernama Tuan Bajut.

Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muhammad Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.

Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang masih muda, akhirnya isterinya mengamini niat suci sang suami dan mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya. Deraian air mata dan untaian doa mengiringi kepergiannya.

Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad mengaji kepada masyaikh terkemuka pada masa itu. Di antara guru beliau adalah Syekh ‘Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.

Syekh yang disebutkan terakhir adalah guru Muhammad Arsyad di bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muhammad Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan kedudukan sebagai khalifah.

Selain itu guru-guru Muhammad Arsyad yang lain seperti Syekh Ahmad bin Abdul Mun’im ad Damanhuri, Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az Zabidi, Syekh Hasan bin Ahmad al Yamani, Syekh Salm bin Abdullah al Basri, Syekh Shiddiq bin Umar Khan, Syekh Abdullah bin Hijazi asy Syarqawy, Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz al Maghrabi, Syekh Abdurrahamn bin Sulaiman al Ahdal, Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin al Fathani, Syekh Abdul Gani bin Muhammad Hilal, Syekh Abis as Sandi, Syekh Abdul Wahab at Thantawy, Syekh Abdullah Mirghani, Syekh Muhammad bin Ahmad al Jauhari, dan Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaludin Aceh.

Selama menuntut ilmu di sana, Syekh Muhammad Arsyad menjalin persahabatan dengan sesama penuntut ilmu seperti Syekh Abdussamad Falimbani, Syekh Abdurrahman Misri, dan Syekh Abdul Wahab Bugis.

Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu di Maekkah dan Madinah, timbulah niat untuk menuntut ilmu ke Mesir. Ketika niat ini disampaikan dengan guru mereka, Syekh menyarankan agar keempat muridnya ini untuk pulang ke Jawi (Indonesia) untuk berdakwah di negerinya masing-masing.

Menikahkan anak
Sebelum pulang, keempat sahabat sepakat untuk berhaji kembali di Tanah Suci Mekkah. Pada saat itu tanpa disangka-sangka Syekh Muhammad Arsyad bertemu dengan adik kandung beliau yaitu Zainal Abidin yang sedang menunaikan ibadah haji. Sang adik membawa kabar berita bahwa anak beliau yaitu Fatimah sudah beranjak dewasa dan sang anak menitipkan cincin kepada beliau. Melihat hal demikian, tiga sahabat Syekh Muhammad Arsyad masing-masing mengajukan lamaran untuk memperisteri anak beliau. Setelah berpikir lama, Syekh Muhammad Arsyad memeutuskan untuk mengundi, lamaran yang akan diterima. Hasil pengundian ternyata lamaran Syekh Abdul Wahab Bugis yang diterima.

Untuk itu diadakahnlah ijab kabul pernikahan antara Syekh Abdul Wahab Bugis dengan Fatimah binti Syekh Muhammad Arsyad, yang dinikahkan langsung oleh Syekh Muhammad Arsyad sambil disaksikan dua sahabat lainnya.

Membetulkan arah kiblat masjid
Maka bertolaklah keempat putra Nusantara ini menuju kampung halaman. Memasuki wilayah Nusantara, mula-mula mereka singgah di Sumatera yaitu di Palembang, kampung halaman Syekh Abdussamad Al Falimbani. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Betawi, yaitu kampung halaman Syekh Abdurrahman Misri. Selama di Betawi, Syekh Muhammad Arsyad diminta menetap sebentar untuk mengajarkan ilmu agama dengan masyarakat Betawi. Salah satu peristiwa penting selama di Betawi adalah ketika Syekh Muhammad Arsyad membetulkan arah kiblat Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan. Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Masjid Jembatan Lima menuliskan di atas batu dalam aksara arab melayu (tulisan jawi) yang bertuliskan bahwa kiblat masjid ini telah diputar ke kanan sekitar 25 derajat oleh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada tanggal 4 Safar 1186 H.

Seelah dirasa cukup, maka Syekh Muhammad Arsyad dan Syekh Abdul Wahab Bugis berlayar menuju kampung halaman ke Martapura, Banjar.

Tiba di kampung halaman
Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muhammad Arsyad di kampung halamannya, Martapura, pusat Kesultanan Banjar pada masa itu.

Akan tetapi, Sultan Tahlilullah, seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya.

Sultan Tahmidullah II menyambut kedatangan beliau dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama “Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kesultanan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultan pun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia raja yang ‘alim lagi wara’[11]. Selama hidupnya ia memiliki 29 anak dari tujuh isterinya. [12]

Hubungan dengan Kesultanan Banjar
Pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun, Sultan mengabulkan keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala perbelanjaanya ditanggung oleh Sultan. Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah.

Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh), yang kelak kemudian dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.

Pengajaran dan bermasyarakat

Makam Datu Kalampayan yang sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum Islam di Kalimantan Selatan. Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah, hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. Ulama-ulama yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam Pagar.

Di samping mendidik, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di luar Nusantara Dan juga dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.

Karya-karyanya
Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah “Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama”. Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, di antaranya ialah:

Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,
Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat,
Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,
Kitabul Fara-idl, hukum pembagian warisan.
Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

Surabaya Islamic Book Fair 29Mei – 4 Juni 2014

Posted on Updated on

cover sibf2014a

Dirgahayu Kota Surabaya yang ke-721..!!!

Alhamdulillahirobbil alamin..

Dalam Rangka Ulang Tahun kota Surabaya yang ke-721, akan digelar 4th Surabaya Islamic Book Fair 2014 di Gedung DBL Arena, jalan A. Yani 88 Surabaya, pada tanggal 29 Mei – 4 Juni 2014. Pelaksananya adalah IKAPI JATIM (Ikatan penerbit Indonesia – Daerah Jawa Timur) bekerjasama dengan Perpustakaan Kota Surabaya dan Syaaka Organizer.

Peserta Surabaya Islamic Book Fair sudah tidak sabar ingin segera menggelar buku-buku dan barang-barang islami yang sangat menarik dengan harga diskon besar-besaran. Banyak peserta /penerbit dari Jakarta, Yogya, Bandung, Bogor sudah siap menggelar produk unggulannya. Banyak sekali buku-buku bacaan islami yang bermutu, seperti Ensiklopedi Islami, Al-Qur’an e-Pen, Buku Tafsir Al Qur’an, Buku Anak-anak, dan barang-barang islami lainnya seperti Busana Muslim, Asesori Islami, Jilbab/hijab.dan lain-lain.

4th Surabaya Islamic Book Fair 2014 akan sangat meriah berkat dukungan dari banyak kalangan pemerhati pendidikan di Surabaya, .Pemkot &  Perpustakaan kota Surabaya, YDSF, Radio Suara Muslim /Sham FM, Griya Al-Qur’an Rumah Zakat, Nurani Tabloid Muslimah, Yayasan Nurul Hayat, ANN (Asosiasi Nasyid Nusantara), Ameen educare, Airporteve/Aeroticket Juanda, JP BOOKS.

Berikut macam-macam acara pendukung SIBF 2014 ;
Bedah buku “penyakit dan terapi bekamnya dasar-dasar ilmiah terapi bekam” Ust. Hawin Murtadlo, Penerjemah dan
alumni Sijil Wahida Malaysia dari Penerbit Al Qowam
Kamis, 29 Mei 2014 –
– Gathering SHAM FM
– Seminar Parenting bersama RUMAH ZAKAT
Jumat 30 Mei 2014
–  Talk show “Salahkah bercita cita kaya?” Al Furqon
–  Talkshow: “Ternyata Menulis Mudah”  bersama  IKAPI dan DikNas Kota
–  Mengelola keuangan secara syariah besama  RUMAH ZAKAT
–  dongeng menumbuhkan minat baca anak, musikalisasi puisi, dan oprec bersama FLP
Sabtu 31 Mei 2014
–  Bedah buku “Kyai Kocak vs liberal” bersama AL KAUTSAR
– Talkshow + peragaan busana
– Menyiapkan karya tulis ulama – cendekia indonesia mendunia, bersama Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi (ketua MIUMI
Pusat) & Ir. Abdul Kadir Baraja (Ketua YDSF)
Minggu 1 Juni 2014
– Pembukaan Kampung Al Quran 2014 bersama YDSF
– Jumpa donatur dengan penulis majalah Nurul Hayat – Salim Afilla atau Oky Setiana Dewi NURUL HAYAT
– Seminar Pelatihan Bisnis bersama Coach dari Jakarta WAFA TV + SHAM FM
– Sharing Pranikah “Jomblo Bahagia, Nikah Mulia” by @LukyRouf
– Bogor (penulis buku “Usir Resah Jelang Nikah”) bersama Al Azhar Press
– Seminar Belajar Membaca Permulaan metode ACM
Minggu, 2 Juni 2014
– Talk Show,”Politik dan Kepemimpinan dalam Islam (Sikap menyikapi pemilu)” bersama Al Furqon
– Seminar guru ngaji  bersama ameen educare
Senin, 3 Juni 2014
– Bedah buku “take action” -bersama  Ust. Faqih Syarif, MM. (Spiritual Motivator Nasional) Al Azhar Press

Selain penerbit buku, ada juga peserta yang menjual busana muslim, obat herbal islami, asesoris muslim, Al-Quran e-Pen, termasuk stand makanan & minuman untuk memberikan kenyamanan selama pameran.
Berikut sebagian peserta pameran yang sudah bergabung : Widyadara Sby, Bumi Aksara, Pustaka Al Kautsar, Diva Press, Gajah Duduk, Zikrul Hakim, Baitusyifa, Shofiyya Collection, Majalah Al-Furqon, A1 – Mabruk, Rumah Pensil, Mizan Pustaka Sby, Al Qowam, Pustaka Ukhuwah Jkt, Ziyad & GIP, Elener & Benayu, Azizah Collection, Crubus Batik, Pustaka eLBA, Gramata Publishing, Atikah Collection, Aqwam Solo, Luxima, Biotera Sby, Al Wadi, Lentera Abadi, Al Azhar Press, Pustaka Progresif, Pustaka Progresif, Qisty Press, Jilbab Bolak Balik, Galeri Ita Itu, Kebun Herbal, Sygma Publishing, Aytie Mubarro’ Collection, Hikam Group, Majalah Ar Risalah, Najwa Herbal, Keira Publishing. Teh poci, Cincao Milo.

website IKAPI JATIM :

Sejarah Masjid An-Nabawi

Posted on Updated on

Sejarah Masjid An-Nabawi 


“Shalat di masjidku ini [Masjid Nabawi] lebih utama 1.000 kali dibanding shalat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali shalat daripada masjid lainnya.” [HR Ahmad Ibnu Huzaimah dan Hakim]

Madinah Munawarah adalah kota suci kedua yang paling utama untuk dikunjungi umat Islam setelah Mekah. Di sanalah terletak Masjid Nabawi yang didirikan tahun 622 M atau tahun pertama hijriah, setelah Nabi SAW hijrah dari Mekah ke Madinah.

Sejarah berdirinya Masjid Nabawi cukup unik, yaitu ketika Rasulullah SAW masuk Madinah, kaum Ansar mengelu-elukan beliau serta menawarkan rumah untuk beliau beristirahat. Namun Rasulullah SAW menjawab dengan bijaksana : “Biarkanlah unta ini jalan, karena ia diperintahkan Allah. Setelah sampai di tanah milik kedua anak yatim bernama Sahal dan Suhai, keduanya anak Amr bin Amarah di bawah asuhan Mu’adz bin Atrah, unta tersebut berhenti, kemudian beliau dipersilahkan oleh Abu Ayub Al Ansari, tinggal di rumahnya. Setelah beberapa bulan di rumah Abu Ayub Al Ansari, Nabi mendirikan masjid di atas sebidang tanah yang sebagian milik As’ad bin Zurrah, sebagian milik kedua anak yatim (Sahal dan Suhai), dan sebagian lagi tanah kuburan Musyrikin yang telah rusak.Tanah kepunyaan kedua anak yatim tadi dibeli dengan harga sepuluh dinar yang dibayar oleh Abu Bakar Ra. Sedang tanah kuburan dan milik As’ad Bin Zurrah diserahkan sebagai wakaf.

Rasulullah SAW yang meletakkan batu pertama pendirian masjid, diikuti oleh sahabat-sahabat Nabi, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Kemudian pengerjaan masjid dilakukan dengan gotong royong sampai selesai.

Keadaan masjid masih sangat sederhana sekali tanpa hiasan, tanpa tikar dan untuk penerangan waktu malam hari digunakan pelepah kurma kering yang dibakar. Pagarnya dari batu tanah, tiang-tiangnya dari batang kurma, sedangkan atapnya pelepah daun kurma. Waktu itu arah kiblatnya Baitul Maqdis di Yerusalem, karena perintah menghadap Ka’bah belum turun. Luas masjid sekitar 30 x 35 m. Di sisi masjid dibangun tempat kediaman Nabi dan Keluarganya yang kemudian mejadi tempat pemakamannya.

Dalam perkembangannya, Masjid Nabawi mengalami beberapa kali perombakan. Perubahan pertama adalah membangun mihrab setelah memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram di Mekah tahun 2 H setelah Rasulullah SAW menerima perintah memindahkan arah kiblat. Setelah itu, dilakukan beberapa kali perluasan masjid untuk dapat menampung jamaah yang semakin bertambah besar.

Luas masjid saat ini mencapai 165.000 m² serta dapat menampung sekitar satu juta jemaah pada satu kesempatan. Renovasi terakhir dilakukan oleh Raja Fahd yang menambahkan AC serta memperindah masjid dengan 27 kubah yang dapat digeser dan kubah berbentuk payung yang bisa dibuka tutup. Keindahan ini juga dilengkapi dengan hamparan marmer putih di pelataran masjid yang selalu dingin meski terik matahari terus menyengat.

Masjid Nabawi memiliki 10 menara, 6 di antaranya setinggi 99 m, serta 24 kubah. Terdapat 5 mihrab dan beberapa tiang yang konon memiliki sejarah masing-masing. Selain itu, masjid ini dilengkapi dengan tempat parkir bawah tanah yang mampu menampung sekitar 4.400 kendaraan.

Data perkembangan masjid Nabawi mulai dari zaman rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

• Luas masjid waktu dibangun oleh Rasulullah adalah 2.475 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Umar bin Khattaab 1.100 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Usman bin Affan 496 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik 2.369 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Abbas Al Mahdi 2.450 m²,
• Tambahan pada masa Malik Al Qait Bey 120 m²,
• Tambahan pada masa Khalifah Sultan Abdul Majid Al Usmani 1.293 m²,
• Tambahan pada masa Raja Faisal 600 m².
• Pada saat Raja Fahd melaksanakan perluasan, Masjid Nabawi tersebut luasnya masih 82.000 m² kemudian diperlebar menjadi165.000 m².

Hal unik lain adalah adanya satu area di dalam masjid yang dinamakan Raudhah yang berarti taman. Tempat ini ditandai tiang-tiang putih dan letaknya adalah antara rumah Nabi SAW [sekarang makam Rasulullah SAW] sampai mimbar. Luas Raudhah dari arah Timur ke Barat sepanjang 22 m dan dari Utara ke Selatan sepanjang 15 m. Konon Raudhah adalah tempat yang mustajab untuk berdoa, seperti sabda Rasulullah SAW,

Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah di antara taman-taman surga.” [diriwayatkan 5 ahli hadits]

 
 
Gudang Buku Karunia

085100994195 - Grosir Buku Tematik, Buku Perpustakaan,

ikapi jatim

Ikatan Penerbit Indonesia Daerah Jawa Timur